Posted by: Hartoto | 04/11/2009

Hakekat Manusia

Hakekat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, diciptakan dalam bentuk paling sempurna. Manusia adalah makhluk spiritual yang akan menjalani fase-fase peristiwa kehidupan baik sebelum lahir, sekarang maupun setelah mati.

Kalimat diatas mungkin terlalu filosofis, namun sebenarnya merupakan istilah sederhana yang bisa dipahami. Spiritual merupakan aspek non fisik yang mampu memberikan kekuatan manusia untuk lebih dari sekedar hidup. Bukti akan hakekat manusia sebagai makhluk spiritual mungkin dapat ditunjukkan dengan beberapa contoh berikut.

Ketika menjalani hidup sehari-hari, manusia tidak selamanya dalam kondisi bahagia. Namun kadang mengalami musibah, nikmat, susah, senang, sedih bahkan terkadang merasakan kesuksesan diluar rencana.Semuanya itu datang silih berganti seperti sudah ada keteraturan. Inilah salah satu nuansa spiritual yang ada pada manusia.

Dalam hal rasa, manusia mempunyai interpretasi berbeda-beda tentang apa yang dirasakan hati. Perasan senang, susah, enak ataupun nggak enak merupakan fenomena hati yang sudah biasa terjadi. Tukang becak yang tiduran di halte kadang lebih pulas daripada pengusaha yang tidur di hotel berbintang. Orang miskin yang pandai bersyukur akan lebih kaya dari konglomerat yang gila dunia. Semuanya tergantung dari bagaimana seseorang menyikapi apa yang dialaminya.

Perasaan manusia tidak mutlak adanya. Jika ia merasakan sesuatu pasti ia merasakan hal lain yang paradoks dengan apa yang ia rasakan. Sehingga dapat dikatakan bahwa senang yang sebenar-benarnya senang itu tidak ada. Yang ada adalah senang yang diliputi susah ataupun susah yang diliputi senang. Sebagai contoh kalau kita berjuang memajukan merpati putih, yang kita rasakan adalah susah karena capek memikirkan, bertindak, beinovasi. Namun dibalik kesusahan itu ada perasaan bangga dan gembira melihat apa yang telah kita perjuangkan.

Pada dasarnnya ada tiga aspek pokok dalam diri manusia yaitu fisik, mental dan spiritual. Aspek fisik merupakan segala hal yang dapat dirasakan oleh panca indra manusia. Aspek mental yang membedakan manusia dengan dengan makhluk lain. Dengan adanya mental manusia dapat berfikir, mempertimbangkan dan mengambil keputusan untuk suatu permasalahan. Sedangkan spiritual dapat diibaratkan sebagai navigator kehidupan. Dia yang akan memberikan warna dan arah dari kehidupan yang dijalani manusia.

A. TEORI TENTANG MANUSIA

Manusia adalah makhluk social, artinya manusia hanya akan menjadi apa dan siapa bergantung ia bergaul dengan siapa. Manusia tidak bisa hidup sendirian, sebab jika hanya sendirian ia tidak “menjadi” manusia. Dalam pergaulan hidup, manusia menduduki fungsi yangbermacam-macam. Di satu sisi ia menjadi anak buah, tetapi di sisi lain ia adalah pemimpin. Di satu sisi ia adalah ayah atau ibu, tetapi di sisi lain ia adalah anak. Di satu sisi ia adalah kakak, tetapi di sisi lain ia adalah adik. Demikian juga dalam posisi guru dan murid, kawan dan lawan, buruh dan majikan, besar dan kecil,mantu dan mertua dan seterusnya. . Dalam hubungan antar manusia (interpersonal), ada pemimpin yang sangat dipatuhi dan dihormati

Rakyatnya, ada juga yang hanya ditakuti bukan dihormati, begitupunguru atau orang tua, ada yang dipatuhi dan dihormati , ada juga orang tua dan guru yang tidak dipatuhi dan tidak pula dihormati. Mengapa terjadi demikian ?

Ada tiga teori yang dapat membantu menerangkan model dan kualitas hubungan antar manusia itu.

1. Teori Transaksional (model Pertukaran Sosial)

Menurut teori ini, hubungan antar manusia (interpersonal) itu berlangsung mengikuti kaidah transaksional, yaitu apakah masing-masing merasa memperoleh keuntungan dalam transaksinya atau malah merugi. Jika merasa memperoleh keuntungan maka hubungan itu pastimulus, tetapi jika merasa rugi maka hubungan itu akan terganggu , putus, atau bahkan berubah menjadi permusuhan.

Demikian juga rakyat dan pemimpin, suami- isteri, mantu – mertua direktur-anak buah, guru-murid, mereka berfikir; kontribusi mereka sebanding dengan keuntungan yang diperoleh atau malah rugi. Demikian juga hubungan antara daerah dengan pusat, antara satu entitas dengan entitas lain.

2. Teori Peran

Menurut teori ini, sebenarnya dalam pergaulan sosial itu sudah ada skenari yang disusun oleh masyarakat, yang mengatur apa dan bagaimana peran setiap orang dalam pergaulannya. Dalam skenario itu sudah `tertulis” seorang Presiden harus bagaimana, seorang gubernur harus bagaimana, seorang guru harus bagaimana, murid harusbagaimana. Demikian juga sudah tertulis peran apa yang harus dilakukan oleh suami, isteri, ayah, ibu, anak, mantu, mertua dan seterusnya. Menurut teori ini, jika seseorang mematuhi skenario,maka hidupnya akan harmoni tetapi jika menyalahi skenario, maka ia akan dicemooh oleh penonton dan ditegur sutradara. Dalam era reformasi sekarang ini nampak sekali pemimpin yang menyalahi scenario sehingga sering didemo public.

3. Teori Permainan

Menurut teori ini, klassifikasi manusia itu hanya terbagi tiga, yaitu anak-anak, orang dewasa dan orang tua. Anak-anak itu manja, tidak ngerti tanggungjawab, dan jika permintaanya tidak segera dipenuhi ia akan nangis terguling-guling atau ngambek. Sedangkan orang dewasa, ia lugas dan sadar akan tanggungjawab, sadar akibat dan sadar resiko. Adapun orang tua, ia selalu memaklumi kesalahan orang lain dan menyayangi mereka. Tidak ada orang yang merasa aneh melihat anak kecil menangis terguling-guling ketika minta eskrim tidak dipenuhi, tetapi orang akan heran jika ada orang tua yang masih kekanak-kanakan. Suasana rumah tangga juga ditentukan oleh bagaimana kesesuaian orang dewasa dan orang tua dengan sikap dan perilaku yang semestinya ditunjukkan. Jika tidak maka suasana pasti runyam. Demikian juga hubungan antara pusat dan daerah, antaraatasan dan bawahan. Aparat Pemerintah mestilah bersikap dewasa, Presiden dan Ketua MPR mestilah jadi orang tua.

Memang menjadi tua itu pasti, tetapi menjadi dewasa adalah pilihan. Dewasa ini kita banyak menjumpai orang-orang yang telah berhasil menduduki “kursi kedewasaan” tetapi perilaku mereka masih belum beranjak dari kanak-kanak. DPR yang mestinya sudah dewasa, eh… perilakunya terkadang justru seperti Taman Kanak-kanak , kata Presiden Gus Dur waktu itu..

B. SIFAT HAKIKAT MANUSIA

Sifat hakikat manusia menjadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat antropologi. Landasan dan tujuan pendidikan sifatnya filosifis normatif. Bersifat filosofis karena untuk mendapatkan landasan yang kukuh diperlukan adanya kajian yang bersifat mendasar, sistematis dan universal tentang ciri hakiki manusia. Bersifat normatif karena pendidikan mempunyai tugas untuk menumbuh-kembangkan sifat hakikat manusia tersebut sebagai sesuatu yang bernilai luhur.

Adapun Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri–ciri karakteristik, yang secara prinsipil (bukan hanya gradual) membedakan manusia dari hewan.
Beberapa filsup seperti Socrates menamakan manusia itu Zoon Politicon (hewan yang bermasyarakat), Max Scheller menggambarkan manusia sebagai das Kranke Tier (hewan yang sakit) yang selslu gelisah dan bermasalah.

Kenyataan dan pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru, mengira hewan dan manusia itu hanya berbed secara gradual, yaitu suatu perbedaan yang dengan melalui rekayasa dapat dibuat menjadi sama keadaanya, misalnya air karena perubahan temperature lalu menjadi es batu. Seolah-olah dengan kemahiran rekayasa pendidikan orang utan dapat dijadikn manusia. Upaya manusia untuk mendapatkan keterangan bahwa hewan tidak identik dengan manusia telah ditemukan. Charles Darwin (dengan teori evolusunya) telah berjuang untuk menemukan bahwa manusia berasal dari primat atau kera, tetapi teryata gagal. Ada misteri yang dianngap menjembatani proses perubahan dari primat ke manusia yang tidak sanggup diungkpkan yang disebut The Missing Link yaitu suatu mata rantia yang putus. Jelasnya tidak ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa mausia muncul sebagai ubah dari primat atau kera melalui proses evolusi yang bersifat gradual.

C. MANUSIA UTUH DAN TIDAK UTUH.

1. Manusia Utuh

Pada hakikatnya seorang anak manusia tidak akan tumbuh dan berkembang dengan sendirinya, walaupun mempunyai sifat vegetatif dan hewani. Dalam mengembangkan dirinya ia membutuhkan lingkungan hidup berkelompok (Raka Joni, 1985;17). Dengan hidup berkelompok dengan manusua0manusia lainlah anak akan menjadi seperti yang diharapkan oleh kelompok atau masyarakat kita indonesia mengharapkan agar anak kelak menjadi manusia seutuhnya.

Anak, secara keseluruhan pada hakikatnya merupakan suatu sistem. Bagian-bagian atau unsur-unsur yang membentuk sistem ini terorganisasikan dalam struktur dan terkoordinasikan dalam fungsi. Sesuai dengan konsep sistem, setiap unsur hanya mempunyai arti bila unsur tersebut berkaitan dengan unsur lain secara utuh.

2. Manusia yang tidak utuh

Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi di dalam proses pengembangan jika ada unsur dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk di tangani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi keindividuan ataupun domain afektif didominasi oleh pengembangan domain kognitif. Demikian pula secara vertikal ada domain tingkah laku yang terabaikan penanganannya.

Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang pincang dan tidak mantap. Pengembangan semacam ini merupakan pengembangan yang pantalogis.

Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua factor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya.

Ditulis Oleh : Hartoto <https://fatamorghana.wordpress.com/2009/04/11/hakikat-manusia&gt;


Responses

  1. apa guna manusia di bumi?

    • “Untuk menyembah Allah”

    • tuk jadi khalifah,,,,,,,,,

      • @ Detika
        Na’m

  2. […] Hakekat Manusia « Fatamorghana Sifat hakikat manusia menjadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat antropologi. Landasan dan tujuan pendidikan sifatnya filosifis normatif. Bersifat filosofis karena untuk mendapatkan landasan yang kukuh diperlukan adanya kajian Sumber: https://fatamorghana.wordpress.com/2009/04/11/hakekat-manusia/ […]

  3. hakikat manusia adalah substansi immaterial yang berdiri sendiri, bersifat Ilahi (berasal dari alam amr), tidak bertempat di dalam badan, bersifat sederhana, mempunyai kemampuan mengetahui dan menggerakkan badan, diciptakan (tidak kadim) dan bersifat kekal pada dirinya. Ia berusaha menunjukkan bahwa kesadaran jiwa dan sifat-sifat dasarnya tidak dapat diperoleh melalui akalnya saja, tetapi dengan akal dan sara’.manusia adalah ndividu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial. Makhluk yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.

    • Terima kasih atas tambahannya

  4. allah tidak diatas dan tidak dibawah, tidak pula didepan dan di belakang, juga tidak di kanan dan di kiri, tidak di luar dan di dadalam…

    dimanakah DIA ??????????

  5. Assalamu’alaikum wr. wb….., mhn maaf numpang ikutan mas..! ” Hakikat Manusia ” Manusia itu kadang kita artikan zohir yang nampak ini, yang bergerak, makan, minum, tidur, bergaul dll. Padahal yang nampak ini hanyalah tubuhnya Manusia, jadi yang manakah Manusia… ?????


Leave a reply to leo boy Cancel reply

Categories